sekadar bercerita...
Wednesday, March 09, 2005
Tuesday, March 08, 2005

Bendera Kamboja versi yang ini mulai dipakai setelah tentara Vietnam hengkang dari Kamboja awal tahun 80 an dan Kamboja berubah nama dari Republik Demokratik Rakyat Kamboja (pemerintah komunis) kembali menjadi Kerajaan Kamboja (monarki konstitusional). Semenjak itu banyak terjadi pasang surut peta politik Kamboja. Khmer Rouge meraja lela, dan pemerintahan jatuh bangun. Akhirnya setelah era Khmer Merah berlalu, melalui bantuan dari dunia internasional, Indonesia juga ikut andil, akhirnya titik temu untuk berdamai mulai terlihat. Kasak kusuk diplomasi Menlu Ali Alatas menghasilkan Jakarta Informal Meeting (JIM) di Hotel Indonesia merupakan cikal bakal peta perdamaian antara faksi yang bertikai di Kamboja. Nama Ali Alatas beken di Kamboja. Raja Sihanouk menjadi kepala negara dan Pangeran Ranarid (anaknya) menjadi perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Sekitar tahun 1990 an, sewaktu Hun Sen menjadi wakil PM dan Pangeran Ranarid (anak Raja Sihanouk) menjadi PM, sempat terjadi krisis politik. Hun Sen melancarkan kudeta "setengah berdarah" dan Ranarid terjungkal dari kursi PM. Hun Sen 'the strong man of Cambodia" berkuasa hingga kini. Kini Ranarid sudah berdamai dengan Hun Sen. Pangeran Ranarid kini menjadi ketua parlemen Kamboja.

Kamboja, negeri yang sedang mencari jati diri
Setelah melalui masa-masa pahit dalam kemelut perang saudara selama 3 dekade, Kamboja mulai menggeliat memasuki era kapitalis. Infrasruktur sedang giat dibangun. Turis sudah mulai membanjiri Kamboja.. Tahun 2004 kurang lebih 1 juta turis berkunjung ke Kamboja. Kamboja salah satu negara Asean yang mematok visa untuk setiap pengunjung, I repeat....every visitor! Visa turis USD 20 dan visa bisnis USD 25 untuk satu bulan. Lumayan kan pemasukan duit dari visa. Tapi jangan tanya apakah semua duit itu masuk kas negara. Gaji pegawai negeri berkisar USD 30 per bulan. Sedangkan gaji karyawan hotel USD 120 (termsuk service charge). Jadi bisa dibayangkan banyak yang "bocor" ditengah jalan. That's okay, untuk ukuran negeri yang baru porak poranda akibat perang saudara. Indonesia yang sudah "agak maju" saja masih megap-megap karena penyakit korupsi yang masih akut.

Mocin "motor cina" ini mereknya Chally. Mungkin berasal dari Charlie, karena orang Cina tidak bisa ngomong huruf "r" (kali, ya!). Mocin Chally ini juga "nekat" narik ojekan bersaing dengan motor jepang lainnya. "Som ceu ong kui, puh" "Silakan naik, bu" Tarif damai, tergantung negosiasi. Sekali jalan bisa 500 sampai 1.500 riel. (RP 1.000 = Riel 500).


Di Kamboja banyak mobil "bodong" alias tidak pakai plat nomor polisi. Mobil ini biasanya tidak membayar bea masuk. Jadi harganya pun murah, setengah harga mobil yang kena pajak. Untuk jenis mobil Toyota Camry (bodong) 2000, bisa didapat dengan harga USD 3.000. Kalau yang pakai plat nomor seharga USD 5.000.
